Di Bengkulu, Budidaya Semi Organik Cocok untuk Beras Aromatik

By Admin

Foto/dok. Litbang Kementan  

nusakini.com - Karena aromanya yang wangi, beras aromatik dari varietas Inpari 23 sudah populer di kalangan masyarakat Indonesia. Karena aroma wanginya juga, beras ini memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan beras non aroma. Balitbangtan melalui keberadaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu telah melakukan pengkajian terhadap beras aromatik ini di tahun 2015. Hasilnya, Inpari 23 lebih cocok ditanam dengan teknologi budidaya semi organik karena diperoleh perbaikan kualitas. 

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah dengan membandingkan tiga pendekatan teknologi, antara lain budidaya organik, semi organik dan anorganik. Lokasi pengkajian tersebut berada di Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Berdasarkan Tabel hasil analisis terhadap komponen mutu, terlihat bahwa kualitas mutu fisik gabah dan beras dari teknologi budidaya semi organik memberikan hasil yang terbaik. Bahkan pencapaian peningkatan kualitas itu sesuai dengan kriteria standar mutu SNI gabah dan beras giling. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya nilai rendemen beras giling dan beras kepala (68,21% dan 81,63%) serta rendahnya konsentrasi beras patah dan menir (18,31% dan 0,06%).

Perlu diketahui, bahwa mutu beras bergantung pada dari mutu giling, tanak, pengolahan, serta mutu fisiknya. Mutu giling, tanak, dan pengolahan mengacu pada kesesuaian biji beras dengan produk akhir yang dituju. Mutu fisik berarti kebersihan dan kemurnian atau tidak adanya benda-benda yang mengotori beras secara fisik. Umumnya, kedua jenis mutu beras tersebut saling berkaitan, sehingga menghasilkan klasifikasi beras yang dijual di pasar. Klasifikasi ini menawarkan pilihan bagi pengguna, baik untuk konsumsi harian maupun bahan baku pembuatan produk lain. (p/mk)